Pengamplasan basah untuk finishing kayu
Proses pengamplasan merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam proses finishing. Suatu finishing dengan kualitas yang baik selalu membutuhkan proses pengamplasan yang baik juga. Menurut prosesnya, pengamplasan pada lapisan cat bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu pengamplasan kering (dry sanding) dan pengamplasan basah (wet sanding). Pengamplasan kering adalah pengamplasan yang tidak menggunakan cairan, sebagian pengamplasan pada proses finishing dilakukan dengan cara ini karena prosesnya yang simple dan praktis. Proses pengamplasan kering dilakukan dengan menggunakan kertas amplas putih, kertas yang dilengkapi dengan bubuk stearate yang berfungsi untuk mengurangi panas yang timbul akibat gesekan antara lapisan cat dengan amplas. Penjelasan mengenai pengamplasan ini bisa dilihat pada artikel-artikel kami sebelumnya yaitu : proses pengamplasan pada proses finishing.
Selain proses pengamplasan kering, ada juga teknik pengamplasan basah (wet sanding) yaitu pengamplasan yang menggunakan cairan. Ada beberapa cairan yang digunakan dalam wet sanding yaitu cairan dari jenis mineral oil atau mineral spirit yang disebut cutting oil, rubbing lubricant, yang dibuat dari bahan mineral oil atau mineral spirit dengan tambahan sedikit bahan pelicin untuk memudahkan proses pengamplasan. Cairan lain yang bisa digunakan adalah air dengan tambahan sedikit sabun atau sampo sebagai pelicin. Fungsi cairan dalam proses pengamplasan ini adalah untuk menyerap panas yang timbul akibat dari gesekan antara lapisan cat dengan kertas amplas.
Amplas yang digunakan untuk pengamplasan basah berbeda dengan amplas untuk dry sanding. Kalau pada pengamplasan kering, amplas yang digunakan adalah amplas putih, maka dalam pengamplasan basah amplas yang digunakan adalah kertas amplas yang waterproof, atau kertas amplas hitam atau kertas amplass duko. Kertas amplas ini adalah amplas jenis closed dengan backing dan lem dibuat dari bahan yang tahan air, sehingga tidak cepat rusak ketika dibasahi oleh cairan pada saat digunakan.
Proses pengamplasan basah ini seringkali menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan pengamplasan kering ketika digunakan untuk membangun finishing dengan lapisan yang tebal, permukaan yang rata dan close pore yang menghendaki lapisan film yang sempurna. Untuk lebih jelasnya berikut ini kelemahan dan kekurangan wet sanding.
Kelebihan wet sanding
- Pengamplasan bisa lebih cepat
Pengamplasan basah dilakukan dengan kertas amplas jenis close yaitu ketika abrasive (bubuk amplas) mengisi seluruh permukaan amplas, dengan demikian proses pengikisan bisa berjalan lebih cepat dibandingkan dengan pengamplasan kering yang menggunakan kertas amplas jenis open. Amplas hitam juga tersedia dalam berbagai macam grade yang lengkap, mulai dari yang paling kasar sampai dengan grade yang paling halus. Pengamplasan pada lapisan cat pada umumnya dilakukan dengan kertas amplas grade 400 atau 600 dan diakhiri dengan amplas grade 1000 atau 1200. Meskipun amplas dengan grade yang lebih tinggi juga tersedia.
- Permukaan lebih bersih
Cairan yang digunakan untuk membantu pengamplasan juga bisa berfungsi untuk menangkap debu sisa amplas sehingga membantu menghasilkan permukaan yang lebih bersih. Proses pengamplasan basah akan membantu proses finishing pada lapisan sealer atau top coat jenis melamin atau PU sebelum aplikasi top coat yang menghendaki permukaan yang rata, bersih dan bebas debu.
- Permukaan lebih rata dan halus
Pengamplasan basah bisa mengikis lapisan cat dengan lebih aggressive dibandingkan dengan pengamplasan kering. Proses pengamplasan bisa dimulai dengan menggunakan amplas yang kasar , grade 400 atau yang lebih rendah sehingga didapatkan permukaan yang rata dan level dengan lebih cepat. Selanjutnya pengamplasan bisa dilanjutkan dengan menggunakan amplasn yang lebih halus untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus. Kalau kertas amplas putih biasanya hanya tersedia sampai grade 400, maka kertas amplas waterproof tersedia dalam grade yang lebih tinggi, sampai 2000 yang sangat halus dan bisa digunakan untuk menghasilkan permukaan yang halus.
Kelemahan wet sanding
- Proses yang lebih ribet
Proses wet sanding bagaimanapun juga merupakan proses yang lebih merepotkan. Penggunaan cairan dalam proses pengamplasan akan membuat proses pengamplasan menjadi lebih komplek dan ribet. Cairan mesti ditambahkan pada permukaan untuk menjaga permukaan selalu basah dengan kebasahan pas ketika proses pengamplasan berlangsung. Permukaan yang kering akan membuat proses pengamplasan menjadi tidak sempurna, permukaan menjadi panas dan bisa merusak permukaan finishing. Sebaliknya cairan yang terlalu banyak juga harus dihindari karena akan mengganggu proses pengamplasan.
Setiap kali dilakukan pengecekan terhadap hasil penggamplasan, maka cairan di permukaan mesti dikeringkan dan dibersihkan dari cairan untuk melihat permukaan. Untuk menghasilkan permukaan yang halus dan rata, seringkali diperlukan beberapa kali proses pengecekan dan pengamplasan yang merepotkan.
- Resiko cairan masuk dan meresap ke bawah lapisan finishing
Apabila ada permukaan atau ujung yang tidak tertutup sempurna oleh lapisan finishing, maka ada resiko cairan masuk dan meresap ke dalam substrat yang terbuka. Cairan yang masuk dan meresap ke dalam substrate baik itu kayu, mdf atau substrate lain yang higroskopis akan membuat substrat menggelembung dan merusak produk.
- Hanya untuk permukaan yang datar
Wet sanding hanya efektif dilakukan untuk permukaan yang datar. Permukaan yang komplek dan tidak rata pada prakteknya akan sulit menjalani wet sanding. Amplas yang waterproof pada umumnya adalah amplas kertas, dan tidak tersedia dalam bentuk abrasives yang fleksibel. Untunglah benda-benda dengan bentuk komplek biasanya tidak terlalu membutuhkan permukaan yang rata dan halus sempurna. Sedikit goresan-goresan kecil pada bentuk-bentuk yang komplek tidak akan terlalu kelihatan karena tersamar oleh faktor bentuk benda.
Proses wet sanding
- Persiapan permukaan
Wet sanding dalam proses finishing harus dimulai dengan persiapan permukaan (lapisan finishing) yang baik. Pastikan permukaan sudah dilapisi dengan lapisan finishing dengan baik, lapisan film yang cukup tebal, seluruh pori dan serat tertutup rapat dan tidak ada permukaan yang terbuka. Permukaan yang terbuka akan menyerap cairan dan akan membawa kerusakan pada produk dan substrate.
Lapisan finishing yang paling banyak sering membutuhkan wet sanding adalah lapisan cat dengan film yang tebal seperti PU, melamin, polyester, atau epoxy terutama pada finishing high gloss yang membutuhkan pengamplasan yang sempurna. Lapisan film dari cat 1 komponen seperti nc, waterbas atau vynil sangat jarang menggunakan wet sanding karena biasanya sudah cukup dengan pengamplasan kering.
- Proses pengamplasan
Basahi permukaan dengan cairan, kemudian lakukan pengamplasan dengan menggunakan kertas kertas amplas jenis waterproof yang tahan air dan cairan. Pastikan permukaan selalu basah pada saat proses pengamplasan dilakukan. Lakukan pengamplasan dengan gerakan yang teratur dan konsisten, dari ujung satu sampai seluruh permukaan tersapu oleh kertas amplas.
- Lakukan pengecekan terhadap hasil pengamplasan
Setelah proses pengamplasan sudah dilakukan secara merata ke seluruh permukaan, hentikan proses pengamplasan dan keringkan permukaan. Lihat dan cek hasil pengamplasan yang didapat, apabila sudah didapatkan permukaan yang rata, maka lanjutkan proses pengamplasan dengan menggunakan amplas dengan grade yang lebih halus. Apabila permukaan masih belum rata, maka ulangi proses pengamplasan. Cek dan lihat juga keadaan kertas amplas, bersihkan kotoran-kotoran atau butiran butiran yang menempel di permukaan kertas amplas. Ganti dengan kertas amplas yang baru, apabila permukaan amplas sudah tumpul atau dipenuhi dengan butiran-butiran cat yang menempel di permukaan.
- Gunakan kertas amplas secara bertahap dari grade rendah sampai ke grade yang tinggi
Seperti juga proses pengamplasan yang lain, pengamplasan basah ini mesti dilakukan dengan cara bertahap dengan menggunakan amplas dari grade rendah ke grade yang tinggi. Pengamplasan dengan amplas grade yang rendah diperlukan untuk menghasilkan permukaan yang rata. Biasanya pengamplasn dimulai dengan menggunakan amplas dengan grade 400 atau 600, sampai diperoleh permukaan yang rata. Kemudian dilanjutkan dengan grade yang lebih halus untuk menghaluskan permukaan. Pengamplasan untuk persiapan permukaan yang akan dilapisi top coat biasanya diakhiri dengan grade 800 atau 1000. Pengamplasan dengan amplas yang lebih halus dengan grade amplas 1500 atau 2000 biasanya digunakan pada proses rubbing atau polishing.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses wet sanding
- Pastikan lapisan film cukup kuat dan cukup tebal
Wet sanding hanya bisa dilakukan dan hanya dibutuhkan untuk finishing pada lapisan film yang tebal. Wet sanding pada lapisan cat yang tipis dan terbuka malahan akan merusak lapisan finishing. Wet sanding juga hanya bisa digunakan pada lapisan finishing yang tahan terhadap air dan cairan pelumas amplas. Pastikan lapisan finishing sudah kering sempurna, cukup tebal, cukup kuat dan tahan terhadap cairan ketika melakukan wet sanding.
- Pastikan tidak ada permukaan yang terbuka
- Gunakan mesin bila memungkinkan

